KITA SATU KEPADUAN
oleh: Madanisme158
Kita dalam satu kepaduan
saling memukul dan menjatuhkan
Ada yang lari ketika dihantam
Ada yang bertahan walau ditikam
Kita dalam satu kepaduan
Kecurangan bisa menjadi perpisahan
Kecurangan bisa menjadi kesatuan
Kita dalam satu kepaduan
Beriringan melawan atau beriringan Menghilang.
Bercampur dan melebur sampai menjadi bubur.
Kita satu kepaduan
Menari-nari di penderitaan.
Menderita didalam tarian.
Mabuk kita dimabukkan khayalan.
Sadar kita sadar dihantam kenyataan.
Kita satu kepaduan Yang tidak tahu arah tujuan.
Kita satu kepaduan yang bingung akan cerita kemewahan.
Kita satu kepaduan yang akan mati karena keserakahan.
Kita satu kepaduan yang siap melawan tuhan karena takut akan perbedaan.
Hingga kita Siuman bahwa kita adalah satu kepaduan bangkai yang hidup menjadi sumber permasalahan.
GERAM
oleh: Madanisme158
Persepsi tebak-tebakan.
Buaya mengendap ucapmu.
Dimana air yang kudiami dan dimana mangsa yang kuhabisi.
Yakin benar siulanmu yang berdenging ketelingaku.
Dasar mawar indah tanpa duri tetapi ber'api.
Terbakar sudah benang yang hendak kusambung.
Telah kucangkul ditengah hutan dan kutanam dalam-dalam Imagi kursi disebelahku untukmu.
Terbang tinggi sekali engkau nantinya, jika aku masih mengaitkan temali merah jambu dalam segumpal darahmu.
Dasar Khayalan si penginjak bumi dengan kepala di awan.
Puja-puji ada maksud kau tafsirkan emas.
Berbinar-binarlah kau Dengan kepalamu saja, tidak pada nyatanya.
Kembalilah pada jati dirimu tak pantas kau congkak.
Jangan sampai busuk dibalik sandiwara kesucian.
PEREMPUAN TANGGUH
oleh: Madanisme158
Aku tak tahu harus berkata apa
Yang kutahu engkau pernah tegar
Di sisi lembutmu ada ketegasan yang terpancar
Dikau perempuan dalam lamunan malam
Tak patut dikau berenang-renang dalam riak dalamnya air mata
Sesungguhnya dikau haruslah senyum seperti fotomu yang kulihat terpampang di media sosial itu
Senyummu bukan berarti kepalsuan akan tetapi kenyataan yang diusahakan.
Mekarlah kembali mengisi taman dan tumbuh di ketinggian pegunungan.
Jadilah mawar merah untuk mereka yang dirundung kesepian.
Berlarilah untuk kesekian kalinya agar mereka tidak perlu tahu dengan jatuhmu.
Buang ke lubang hitam yang pekat kenangan itu.
Sambut dengan tarian merah jambu yang akan menghampirimu untuk hidup yang baru.
Dalam hujan nanti kuharap bukan sepi dan sunyi yang kau ungkapkan tetapi dingin dalam kemesraan serta air Yang jatuh sebagai pelepas dahaga bagi benih-benih baru yang akan tumbuh mengisi dunia.
Gerakkan bibirmu dan tersenyumlah untuk aku dan mereka yang merindukanmu
MARGINAL KAMI
Oleh : madanisme158
Kuhujamkan kata demi kata kepada sang penindas
Aku goyah,aku berlari, aku menari, dan aku bersedih
Sudahilah tingkah bodoh mereka yang ditindas
Meraung raung terlempar dari rumahnya
Teriakkan kepedihan dalam dada ditengah jalanan
Ini negri siapa?
Ini tanah siapa?
Merdekalah merdekalah kami secepatnya
Ikan sulit dicari, sayur sudah mati, nasi tak mampu dibeli
Kami di gusur lagi hingga nanti mengapung dilautan yang tak bertepi.
Engkau bangun kerajaan baru ditepi pulau kami
Untuk siapa?
Rakyat yang mana?
Kami anak bangsa kau buang ke tempat sampah
Kami anak Pertiwi kau caci maki demi mereka yang berinvestasi
Dimana lagi kami akan menyusui anak kami?
Dimana lagi kami akan menikmati hidup ini?
Tak perduli.. Kau yang belum digusur tak perduli dengan kami.
Kau bebaskan dia berkeliaran
Kau bebaskan dia terus berperan
Kau bebaskan dia hingga nanti kau dikuburnya
Tidakkah sudah jelas pembangunan yang megah serta fasilitas canggih yang ada di kota untuk komunitas mereka saja.
Kita pribumi kembali ke hutan lagi di ungsikan ke pedalaman rimba belantara, Sehingga tidak tahu siapa yang sudah menjajah negri ini.
Kuli kita menjadi kuli di negri sendiri.
Tanah kami diambil alih.
Pemerintahan kamI akan berganti fungsi Bukan lagi melindungi kami tetapi melindungi mereka yang berinvestasi.
Sudah sudahilah pembodohan ini
Kami akan sampaikan kepada generasi pertiwi sejak dini, kenalilah mereka yang akan mengganti bendera sang saka merah putih.
Jangan biarkan bendera itu turun sejengkal saja dari Bumi nusantara ini.
MELIHAT GODOK
(dibuat untuk media online independen yaitu godok. Id)
Oleh: Madanisme158
Surat surat kabar sudah bertuan
Tidak bisa bertelanjang atau jungkir balik dikolomnya
Tenang sayang
Teman gondrongku punya godok
Engkau bisa mengangkangi tuan-tuan yang tidur di sofa hasil Keringat kuli buruh pabrik dan hasil panen si petani
Surat-surat kabar sudah bertuan
Tidak bisa Berteriak lapar atau mau buang air besar.
Tenang sayang
Teman satu gelas menikmati kopi punya godok.
Engkau bisa meludah,buang air kecil dan buang air besar sesuka hatimu di muka si tuan-tuan yang lebih dulu merampas Dapur dan toilet kita.
Surat-surat kabar sudah bertuan
Tidak bisa suka-suka berkata walau itu fakta
Tenang sayang
Temanku dulu saat dijalanan ada godok
Engkau bisa berkata apa saja dan memakai bahasa apa saja untuk menunjukkan sebuah fakta yang sebenarnya tentang si tuan buncit.
Comments